Minggu, 26 Februari 2017

Perjuangan dalam Penantian

Felix Siauw

Bersama Dalam Perjuangan

Kadang kita terlalu terpaku pada kesempurnaan yang tak pernah ada batasnya, hingga kita melupakan bahwa diri kita sendiri penuh dengan kekurangan dan kelemahan

Kita juga lupa bahwa letak penciptaan terbaik pada kita bukan karena kita tak punya salah, tapi kemampuan bangkit dari tiap kesalahan dan menjadikannya pelajaran

Begitupun bersama dalam kehidupan, berhentilah berharap pasangan yang sempurna, cukupkan dirimu pada keimanannya dan yang lainnya adalah bonus dan tambahan

Jatuh dan bangun kita yang jadikan perjalanan itu punya cerita, cemburu juga rindu, perhatian dalam amarah, kepedulian dalam diam, semua itu bumbu kehidupan

Sebab yang kita cari dalam kebersamaan bukan hanya senang-senang, tapi barakah dalam kehidupan. Bertambahnya kebaikan dalam segala hal, ketenangan dan kebahagiaan

Disitulah hadir seorang lelaki sebagai pembimbing yang menuntun dengan ilmu dan kesabaran, dan wanita sebagai pendamping, pendukung serta sumber pemberi kekuatan

Mereka disatukan dengan visi yang sama, bagaimana menjadikan yang lain sebagai jalan penyembahan kepada Allah, begitu istri berbakti pada suami, suami berbaik pada istri

Dan kesemuanya tidak instan, kemampuan untuk bersabar  dan membimbing dalam kekeliruan, kemampuan menerima dan mau dituntun dalam kebaikan, itu ilmu yang dipelajari

Maka hal yang paling serius yang disiapkan mereka yang mau menggenapkan separuh agama, adalah mengkaji Islam hingga paham makna kehidupan yang dijalani

Bahwasanya menjadi suami bukan hanya soal memberi makan, pakaian, dan tempat tinggal, atau bahkan sekedar mencinta dan merayu dengan rangkai kalimat ranggi

Bahwasanya menjadi istri bukan hanya soal bergelut dalam sumur, dapur dan kasur, atau bahkan hanya sekedar punya fisik menarik siap menunggu suami pulang sore hari

Tapi tentang perjuangan, tentang dakwah dan kebangkitan, tentang menyiapkan generasi pelanjut, tentang bersusah di jalan Allah, sampai Allah memenangkan kini atau nanti

STOP FREEPORT !

Hizbut Tahrir Indonesia:
STOP FREEPORT! (bagian 3/3)

Ahmad Redi, Pakar Hukum Sumber Daya Alam dari Universitas Tarumanegara, mengatakan bahwa persyaratan yang diminta oleh Freeport sangat tidak rasional dan cenderung berorientasi pada keuntungan diri sendiri.

Kelanjutan operasi tambang tersebut mestinya diberikan kepada BUMN. Jangan sampai, setelah asing menguras banyak, baru BUMN -yang sejatinya mewakili negara - disuruh mengelola dengan hanya mendapat ampasnya.

MENYALAHI ISLAM

Pemberian izin kelola tambang kepada Freeport (juga kepada perusahaan lainnya) baik dengan KK atau IUPK jelas menyalahi Islam. Sebab dalam Islam, tambang yang berlimpah haram diserahkan kepada swasta, apalagi asing. Abyadh bin Hamal ra. menuturkan:

Ia pernah datang kepada Rasulullah saw. Ia meminta (tambang) garam. Beliau lalu memberikan tambang itu kepada dirinya. Ketika ia hendak pergi, seseorang di majelis itu berkata, “Apakah Anda tahu apa yang Anda berikan? Sungguh Anda telah memberi dia (sesuatu laksana) air yang terus mengalir.” Ia (perawi) berkata, “lalu Rasul menarik kembali tambang itu dari Abyadh (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan al-Baihaqi)

Islam menetapkan tambang adalah milik umum (seluruh rakyat). Tambang itu harus dikelola langsung oleh negara dan seluruh hasilnya dikembalikan untuk kemaslahatan rakyat. Karena itu pemberian ijin kepada swasta untuk menguasai pengelolaan tambang, termasuk perpanjangan ijin yang sudah ada, jelas menyalahi Islam.

Karena menyalahi Islam, izin ataupun kontrak yang diberikan adalah batal demi hukum dan tidak berlaku. Nabi saw bersabda:

Setiap syarat yang tidak ada di Kitabullah (menyalahi syariah) adalah batil meski 100 syarat (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Hibban)

Kekayaan alam mendesak untuk diselamatkan. Penjajahan harus segera diakhiri. Kemandirian harus segera diwujudkan. Semua itu hanya sempurna terwujud melalui penerapan syariah secara kâffah yang hanya bisa sempurna dijalankan melalui Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah.

Selengkapnya baca di https://goo.gl/pgh1cA

#StopFreeport

Follow @hizbuttahririd

Dunia Pendidikan

Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia

25 Feb 2017

Pendidikan di Negeri Arab Gambaran Suram dan Suka Cita yang Langka

Keberadaan pendidikan di negeri Arab sangatlah tragis, dan mengalami krisis yang parah. Benar bahwasanya pendidikan tidak dapat mengatasi seluruh negeri Arab dengan cara yang sama, dalam penelitian dan analisis fakta pendidikan di negeri Arab. Ditinjau bahwa tiap negara memiliki perhatian masing-masing, dan relasi peristiwa-peristiwa internal mulai dari demo, pemberontakan, kontroversi, hingga peperangan, dan lain sebagainya dari peristiwa yang berdampak pada pendidikan juga lingkungan dan yang lainnya. Akan tetapi walaupun kondisi tiap negara berbeda, keadaan pendidikan di negeri Arab hampir bersatu dan memiliki permasalahan yang sama.

Maka berbagai macam permasalahan antara tiap negara ini mengakibatkan turunnya kualitas pendidikan di negeri Arab. Sungguh negeri Arab telah mendapatkan kedudukan yang rendah dalam indeks kualitas pendidikan (Diterbitkan oleh Forum Ekonomi Internasional 2015/2016). Sebagai contoh bahwa Bahrain menempati posisi ke-33, Yordania di posisi ke-45, Tunisia di posisi ke-85 skala internasional, sedangkan Maroko menduduki posisi ke-101, Jazair menempati posisi ke-119, Mauritania di posisi ke-129, dan Mesir meduduki posisi sebelum akhir dalam taraf 140 negara, tercantum dalam laporan.

Kemerosotan dalam pendidikan ini tentu kembali kepada beberapa sebab, yang paling penting yaitu terkait dengan kurikulum dan metode pendidikan yang diterapkan atas dasar talqin dan menghafal tanpa adanya analisis dan memahaminya, dan tidakadanya pelajaran yang meningkatkan perasaan dan pola pikir para pelajar, sebagai contoh kita menukil apa yang dikatakan oleh salah seorang ibu Mesir dari perkumpulan ibu-ibu saat “Demo ibu-ibu kontra kurikulum”: Kurikulum saat ini tidaklah menghasilkan ilmu dan perkembangan yang hakiki di akal anak-anak, dengan sejauh mana yang mereka rasakan dari rasa letih di waktu dzuhur dan beratnya buku-buku pelajaran di dalam tas sekolah mereka”. Juga tidak lupa atas kegagalan dari politik pendidikan seperti ditingkatkannya jam pertemuan untuk para pelajar. Juga dari sebab-sebab ini, takaran khusus bagi pendidikan masih saja kurang dan jauh dari kesetaraan dengan takaran-takaran khusus dari bagian yg lainnya, sebagai contoh bahwa sebuah catatan internasional yang diterbitkan oleh pengamat hak-hak masyarakat dan ekonomi meninjau kembali bahwa pemerintah menginfaqkan hartanya untuk pendidikan di Yordania semenjak tahun 2000 hingga sekarang, dan ketika itu infaq dari pemerintah mencapai 13% di tahun yang sama dan menurun hampir 9% di tahun 2010. Ditambah dengan tidak adanya kepedulian negeri Arab dengan penelitian ilmiah, dengan laporan negara yang terperinci bahwasanya di Maroko dan Tunisia kurang dari 0,8% kepedulian mereka terhadap penelitian ilmiah ini, di Mesir dan di Yordania kurang dari 0,5%, di Saudi Arabia, Jazair, dan Kuwait kurang dari 0, 2%.

Akhirnya negeri Arab tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang baik dengan kesempatan yang sama untuk masyarakatnya yang disebabkan oleh rusaknya serta buruknya rancangan pendidikan. Beberapa sekolah juga mengalami kurangnya tingkatan bangunan.

Kemerosotan ini memengaruhi kualitas pendidikan, serta hilangnya perhatian dan kepedulian untuk para kreatif dan para pemilik bakat di dalam negeri. Ditambah lagi dengan tidakadanya penyediaan peluang bekerja bagi para alumni, sehingga mendorong para mereka untuk pindah ke negeri Barat untuk menutut ilmu atau bekerja setelah lulusan. Beberapa riset yang dilakukan oleh Universitas Negeri Arab dan UNESCO juga Bank Internasional mengungkapkan bahwa sepertiga para penghijrah berpartisipasi dalam jasa perkembangan negara, dan 50% dari dokter, 23% dari arsitektur, 15% jumlah alumni Arab meninggalkan negaranya dan menuju ke Eropa, USA, dan Kanada. Tercantum dalam laporan bahwa 54% pelajaran asal Arab tidak kembali lagi ke negaranya, dan Mesir menempati peringkat pertama dalam eskpor cendikiawan dan ilmuwan mereka ke Eropa, khususnya Kanada, USA, dan Jerman, Sebagaimana yang tercatat di data perserikatan Mesir dan Negara Eropa. Juga jumlah ilmuwan dan akademikus Mesir yg tinggal di Eropa mencapai sekitar 86 ribu jiwa, dan 1883 orang dr mereka memiliki keahlian di bidang nuklir yang sangat langka. Sebagaimana yang dilampirkan oleh 42 Ketua Universitas Internasional.

Dan juga dari permasalahan pendidikan di negeri Arab yang memengaruhi kualitasnya yaitu penentuan guru-guru yang tidak sesuai dan tidak memiliki kemampuan untuk mengajar para murid, lebih khususnya dalam kelas dasar yang dipelajari di dalam keterampilan dasar, membaca, menulis, menghitung. Atau menuntaskan dengan paksaan pada guru-guru untuk mengajar para murid dipelajaran yang selain bidang kuliahnya. Dalam catatan tahunan mengenai pendidikan, pada tahun 2014 UNESCO mencatat bahwa 43% anak-anak negeri Arab membutuhkan ajaran-ajaran dasar pendidikan yang disebabkan merosotnya kadar guru-guru, serta kebutuhan mereka (guru) dalam pelatihan menjalankan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya.  Dan dari sisi lain bahwa para guru Arab merasa terbebani dengan biaya kehidupan dan juga gaji mereka yang tidak sepadan dengan kerjanya, yang akibatnya memaksa mereka untuk melakukan pekerjaan tambahan yang tidak sesuai dengan bidangnya untuk meringankan biaya kehidupan. Sama halnya bahwa mereka merasa keberatan dengan jadwal mengajar yang padat serta permintaan-permintaan dari kementerian mengenai sketsa, media, keaktifan pengajar, tidak terpenuhinya peluang, alat yang membantu dalam memenuhi pekerjaannya. Ditambah lagi dengan sedikitnya rasa hormat kepada para guru dan jatuhnya martabat guru-guru yang memengaruhi pekerjaannya dan hasilnya, sebagaimana yang diamati oleh para pengamat.

Apabila kita membicarakan tentang pendidikan di negeri Arab tentu tak luput dari perbincangan mengenai sekolah-sekolah di negeri Arab dan juga lemahnya sturktur bawahannya. Dapat ditemukan bahwa sebagian daerah tidak memiliki jumlah guru yang cukup untuk, akhirnya mengakibatkan para guru-guru melakukan perjaannya dari pagi hingga sore hari (dua waktu). “Contohnya 80% guru daerah Gaza mengajar dari pagi hingga sore hari,” tegas Duktur Ali Khalifah (Ketua umum kantor pendidikan). Ditambah dengan permasalahan tidak tersedianya sekolah-sekolah yang cukup, beberapa sekolah pun kekurangan ruang kelas yang memadai, sehingga ruang kelas penuh dan sesak dalam pembelajaran yang memengaruhi daya paham dan daya ingat mereka yang disebabkan keramaian dan banyaknya jumlah mereka, dan juga memengaruhi pengajaran guru, contohnya jumlah murid dalam satu kelas di beberapa sekolah Mesir mencapai 120 murid [Sesuai dengan website BBC] dan kebanyakan di sekolah Yaman mengkhususkan jumlah murid dalam satu kelas mulai dari 90 hingga 120 murid, di beberapa Sekolah Yordania jumlah muridnya dalam satu kelas mencapai 50 orang. Dan kekurangannya tidak hanya sebatas pada kelas pembelajaran akan tetapi juga pada fasilitas-fasilitasnya seperti lapangan, perpustakaan, laboratorium komputer, dan laboratorium ilmiah. Beberapa sekolah juga mengalami kekurangan standar yang layak dari kebersihan, penghangatan, kipas angin (pendingin), ventilasi, dan juga tidak memiliki jumlah yang cukup untuk unit kesehatan dan wc, dan bahkan yang lebih buruk bangunan sekolahnya telah berkarat dan rembesan air yang memasuki kelas saat musim dingin (hujan), seperti itulah yang terjadi disejumlah SD dan SMP di pendalaman Negara Tunisia pada bulan Desember tahun 2016, bahwa KBM di SMP  dinonaktifkan dikarenakan genangan air yang merendam sekolah yang tidak memungkinkan para murid untuk belajar. Demikian rupa KBM Sekolah Dasar (SD) dinonaktifkan akibat hujan deras yang sampai membanjiri 6 ruangan, dan bocoran air dari atap yang membasahi dua ruangan. Delegasi juga menegaskan nonaktifnya KBM di Sekolah Dasar Salim Basyir setelah terendamnya beberapa ruangan belajar.

Putus pendidikan ini terhitung sebagai salah satu masalah pendidikan yang dialami negeri Arab, menurut statistik dari USA pada tahun 2015 bahwasanya sekitar 21 juta anak-anak di negeri Arab telah putus pendidikan atau berisiko putus pendidikan. Tentu saja ini (putus pendidikan) disebabkan oleh beberapa sebab, yang paling penting yaitu rendahnya prestasi akademik siswa, kesusahannya dalam pembelajaran, juga faktor ekonomi yang memaksa mereka untuk meninggalkan pendidikan demi membantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhan kehidupan lebih khususnya apabila orang tuanya telah wafat atau dalam keadaan sakit sehingga tidak mampu bekerja.

Dan juga buta huruf (ummiyah) merupakan faktor utama yang dihadapi pendidikan di negeri Arab. Menurut catatan dari UNESCO bahwa satu dari lima remaja di negeri Arab mengalami buta huruf (Ummiyah). Dan juga Muritania tercatat sebagai negara Arab terbesar yang penduduknya menderita buta huruf (ummiyah). Dan 10 juta penduduk Negara Maroko menderita buta huruf (ummiyah), ini menunjukkan bahwa sensus penduduk Negara Maroko yang mencapai 34 juta jiwa, sepertiganya menderita buta huruf (ummiyah). Dan juga separuh penduduk Maroko yang di atas 15 tahun mengalami buta huruf (ummiyah). Sedangkan di Mesir, seperempat remajanya menderita buta huruf (ummiyah). Sebagaimana yang dikonfirmasi organisasi dalam catatannya bahwa 43% anak-anak negeri Arab membutuhkan ajaran-ajaran dasar untuk pendidikan. Sesuai dengan laporan bahwa satu dari empat anak kecil di negeri Arab (negara miskin) tidak dapat membaca walaupun hanya satu kata.

Ini hanyalah gambaran singkatnya dari keadaan pendidikan di negeri Arab dan merupakan permasalah yang sering nampak dari permasalahan lain yang dihadapi. Ditambah dengan permasalahan internal lainnya yang timbul di setiap negara, seperti penghancuran sekolah, paksaan pindah untuk pelajar dan guru dari negara mereka menuju negara yang banyak terjadi peperangan dan demo di dalamnya seperti Suriah, Irak, dan Yaman. Juga kesulitan yang dialami oleh para murid dan guru di Palestina untuk sampai ke sekolahnya yang disebabkan penghalang atau pagar yang diletakkan oleh kaum Yahudi. Dan masalah yang lainnya sampai tidak dapat disebutkan.

Akhirnya timbul pertanyaan yaitu; Apa cara untuk memperbaiki situasi ini dan untuk bangkitnya pendidikan di negeri Arab?!

Sebagian dari mereka menyeru untuk mengimpor pelopor metode-metode pendidikan internasional dan penerapannya di negara kita untuk membangkitkan pendidikan. Dan telah nampak bahwa beberapa sekolah di Uni Emirat menerapkan metode pendidikan Finlandia, dan Mesir berusaha menerapkan metode pendidikan Singapura kadang-kadang akan tetapi mereka kembali pada kesepakatan untuk menerapkan metode pendidikan Jepang di sekolahan. Akan tetapi alternatif ini tidaklah berhasil, karena bagaimana kita datang dengan tunas (metode) dari luar dan menanamnya di negara lain yang tidak tersedia pekerjaan yang cocok untuknya dan berharap untuk tumbuh dan hidup disana?!

Maka politik pendidikan dan metode pendidikan di negeri Arab tumbuh dari aturan yang diterapkannya, begitu juga struktur peraturan pendidikan, keberhasilan, ketidaklulusan, dan metode pembelajaran yang mereka adopsi berbeda dengan apa yang kita terapkan, dan faktor paling sederhana yang mengarah pada gagalnya penerapan metode ini adalah percobaan. Negeri Arab menjadikan pendidikan sebagai prioritas dan didasari oleh para guru-guru, dan tersedianya infrastruktur serta komponen-komponen yang diperlukan untuk keberhasilan proses pendidikan, dan hal tersebutlah yang hilang dari negara kita (Arab). Dan bahwa negeri Arab menbayar para guru dengan gaji yang hanya dapat mencukupi perbekalan kehidupan, dan menjadikan mereka kosong dari pembelajaran, dan membuat perkara baru, serta mengadakan sesi pelatihan bagi para guru untuk memperbarui kualifikasi mereka juga mengembangkan kemampuan mereka dalam bidangnya, dan memenuhi infrastruktur (prasarana) bantuan dan memotivasi para guru dan murid dari segi bangunan dan fasilitas umum seperti laboratorium, serta perpustakaan, dan juga memenuhi alat-alat teknologi yang dibutuhkan seperti komputer, Lcd, bahkan Negara Jepang memasukkan robot di sekolahnya.

Sesungguhnya perubahan potret suram pendidikan di negeri Arab, dan kebangkitan pendidikan, serta peningkatan kualitas secara global, dengan melalui dari segi politik (kebijakan) pendidikan efektif yang layak bagi anak-anak bangsa sebagai bangsa Islam, kebijakan ini tidak mempertimbangkan untuk lembaga pendidikan dengan alasan menguntungkan lembaga untuk menghasilkan uang bagi negara, akan tetapi mempertimbangkan misi-misi umat (generasi) dan membentuk pemikiran islami. Dan ini tidak akan bisa terwujud kecuali dengan terpenuhinya peraturan-peraturan yang benar dari ideologi negara (Daulah Mabdaiyyah) yang mengatur urusan umatnya tak hanya terbatas pada bidang pendidikan saja, akan tetapi mecajup seluruh aspek kehidupan, dan negara itu adalah Daulah Islamiah yang berdiri atas metode kenabian di waktu dekat ini atas izin Allah.[]


Kantor Pusat Hizbut Tahrir Indonesia:
Crown Palace A25, Jl Prof. Soepomo No. 231, Jakarta Selatan 12390
Telp/Fax: (62-21) 83787370 / 83787372

Jumat, 24 Februari 2017

Pengantar Magrib

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". - Al-Furqan - 27. Ayat

Kamis, 23 Februari 2017

Kumpulan Puisi Pemerintahan

Karya: Ghaziyah Ufairah

SERIBU TANYA

Relawan seutas dongeng belaka
Lemparan keras mengadu domba
Mencungkil serpihan kaca penuh konflik
Berbaris dan bertanya seribu kata

Apakah aku akan seperti ini saja?
Jangan bertanya pada sungai yang mengalir
Dimana pentasku kian menghinggap ?
Jangan tanya pada lempengan batu
Menggarap tanah , bersandarkan cangkul, itukah aku ?
Bertanya pada benalu kepribadian
Lenggokan badan, air mata menari, apa salahku?
Jangan tanya pada matahari sebelum melambaikan cahayanya
Bongkahan plasenta mencorak, ada apa ini?
Jangan tanya pada gunung yang berbaris
Karya negeriku dan alamku, dimana mereka ?
Mereka ada di negerimu,  kata sekelompok kelelawar
Aku tidak melihat mereka
Mereka ada di sekitarmu namun tak nampak secara kasat mata
Mengapa mereka bersembunyi dari tuannya ?
Mereka cukup malu memperlihatkan dirinya kepadamu
Apa yang mereka malukan?
Mereka terlalu banyak,
Jadi malu ketika engkau melihatnya dalam keadaan sakit
Terdiam dilakukan
Di tengah keasingan negeri dan alamnya

Berbisik sobekan baju
Menyuarakan dia ada
Tapi kita mengemis pada yang lain

RETAKAN KAYU

Retakan kayu menggulana, memancing prasetio nan gurun
Perisai bak topeng tanpa menoleh secuil pun
Menggumam hati, mendesir angin kencang
Kurap mata melesetkan pancaran keping

Konon, retakan kayu benalu tak bisa berbicara
Melestarikan jenisnya pun sepupus asa
Meraung meminta untuk diisi kekosongan
Setiap harinya hanya menunggu hati konglomerat untuk menjemput

Hah, retakan kayu tenggelam dalam air yang dangkal
Berpose, menyelipkan gundah di tepi pangkal
Menyulam cerita , menyobek guratan luka
Melambaikan kepedihan ombak yang dibawa arus

Retakan kayu,, retakan kayu,,
Melawan adalah hakmu, meronta pelepah pisang
Menjadikanmu terhormat, menggurat tubuhmu
Menyongsong aliran oase, mendera kerap kaku
Menderita dalam ensiklopedia besar kucari
Tak ada namamu yang tertampang, tak pantas bagimu
Menyulap kerangka tubuh si benalu menjadi perlawanan arus
Retakan kayu…
Temukan dirimu di sudut kosong membara nan tak resah

SAJAK KEASINGAN

Kompilasi plasma dalam ketergantungan
Melepuh bagai pecahan logam
Tercengang dalam kebungkaman
Meyairkan dendang yang menebas tubuh ini

Melengking titik noktah sejarah
Guratan pilu mengenang peradaban
Membaja tak mampu tergeserkan oleh waktu
Melambai-lambaikan jemari yang penuh darah perjuangan

Refleksi tubuh ini tertengadah selangkah mundur
Gempita masa lalu melahirkan patroli sejati
Sambil melacak jutaan sejarah dalam gua yang terkunci

Gemuruh angin menerpa mata aksara hingga tertutup
Teruntuk bagai tak ingin memandang
Sang pionir duta islam dalam sejarah kebangkitan
Sangat terasingkan oleh ruang dan waktu
Para pendekar muda masa  kini
Itulah sejatinya kolonel  yang menerawang namun bisu

INIKAH HUKUM ?

Aturan menggoncangkan masa
Melambambangkan paksa
Mendayu jeritan
Melontarkan kesengsaraan

Kejahiliaan menggali waktu
Zaman modern mengurung waktu
Proses keimanan melenceng
Mencoraki pra tameng

Hukum menjadi sasaran
Sangatlah bertentangan
Jejeran kontradiktif
Meluangkan wadah persuasif

Hak
Kewajiban
Sebuah kata ironis
Berdendang sambil berbaris

DEMONSTRASI

Maraknya luncuran berita masa kini
Di media, kawan para penghantam ini
Masalah yang terjadi di kalangan remaja
Menyulap perlawanan dengan kata

Takkan terjadi sebuah revolusi kawan
Walau gertakan ke penguasa menjadi andalan
Itu kata mereka duduk di pengayoman
Hanya mampu berucap tanpa mampu melawan

Jangan dengar celoteh mereka
Memberi durno agar kita terpecah kaca
Itu yang mereka  selalu damba

Egaliterian menguras seluruh tenaga
Melambaikan kontroversi masa

Tetap bersama analekta bunga rampai
Agar tujuan tetap dicapai

Tetaplah meraung walau tikus berdasi tak mendengar
Inilah intifadah harus dilakukan intelektual cerdas

Semoga puisi-puisi di atas mampu membuat para pembaca sadar tentang negeri yang telah lama merajut luka.  Dan menjadikan Islam sebagai landasan berfikir kita untuk menyelesaikan segala problematika ummat saat ini.

Wallahu a'lam 😀

Rabu, 22 Februari 2017

Move On dari Kegelapan

Terkadang kita harus berfikir untuk meninggalkan sesuatu untuk memilih sesuatu..
Ada hal yang harus diperjuangkan tapi mata harus tertutup rapat dengan realita, lalu pergi tanpa menoleh bersama rentetan air mata pedih.
Harus apa lagi,  mencari yang terbaik harus berkorban. Hati utamanya,  walau jeritan suara berkata tidak,  tapi hati tetap bersama kesejatiannya untuk mengatakan IYA.
Terlalu angkuh jiwa ini jika memaksa untuk bertahan tanpa ridha dari-Nya. Apa yang terlihat saat ini belum tentu baik di hadapan Allah kelak.
Berjuang yang sepantasnya dan diperuntukkan untuk ummat (motivasi hidup yang kelam).

#Move_on adalah kata hati yang tersembunyi untuk melepasnya pergi
#Dakwah is the struggle
#Just one not only

Kamis, 16 Februari 2017

Amplop Hitam di Tanah Merah Putih

Sepucuk surat dari sekelompok manusia yang  masih  hijau dan rawan akan kalimat kekerasan dan kepastian hidup. Melanda kriminal di atas tumpukan berkas yang konon akan menggelitik sedikit saja para pelakunya. Tapi toh tetap  saja bersama di atas kertas tinta hitam bertajuk debu hingga ditenggelamkan waktu dan tempat pemukiman. Mengapa tidak, dengan berputarnya sang waktu bersama dengan segenggam masa yang diemban telah muncul ke permukaan fakta yang sangat miris dan enggan untuk difikirkan oleh sebagian kaum Adam.
Berdasarkan data International Center for Research on Women (ICRW), pada 2015 sebanyak 84% peserta didik di Indonesia mengaku pernah mengalami kekerasan di lingkungan sekolah; setidaknya sekali selama 12 tahun menimba ilmu di sekolah. Tidak hanya itu, 75% siswa mengaku pernah melakukan aksi kekerasan di lingkungan sekolah. Fakta lain mengungkapkan, pelaku kekerasan tidak hanya dilakukan oleh murid, tetapi oknum guru atau petugas sekolah. Data yang sama mengungkapkan 45% murid laki-laki di Indonesia mengaku pernah menerima tindak kekerasan dari guru maupun petugas kesehatan. Adapun, 22% siswa perempuan menyebutkan pernah mengalami hal serupa. Salah satu bentuk kekerasan yang paling lazim terjadi di lingkungan sekolah Indonesia adalah perundungan (bullying). Tahun lalu saja, United Nations Children’s Fund (Unicef) mencatat lebih dari 50% peserta didik di republik ini pernah mengalami perundungan di sekolah. Di beberapa daerah, seperti Papua dan Papua Barat, kekerasan di lingkungan sekolah adalah hal yang lazim.
Kembali beberapa langkah ke belakang, Lembaran sejarah telah berceloteh dengan segala argumentatif yang tergambar. Dunia pendidikan di Kota Makassar telah tercoreng untuk ke sekian kalinya. Saat itu,  tercorengnya dunia pendidikan  akibat ulah siswa SMK Negeri 3 Makassar dan SMK Negeri 1 Sulsel yang terlibat aksi tawuran di Jl Landak Baru, Senin (28/11/16).
Dengan seringnya kejadian tawuran, semua berharap pihak sekolah mampu mendisiplinkan siswanya agar tak melakukan kenakalan yang meresahkan warga. Selain itu, ia berharap adanya pengawasan terhadap penggunaan gadget pada anak. Hal tersebut dikarenakan banyaknya siswa yang kini kedapatan punya grup di media sosial untuk melakukan kenakalan. Seperti grup yang bernama @01gbg baswet dan @Basis Strong Wanian yang sengaja mengajak temannya yang lain untuk menantang sekolah yang akan diserangnya. Selain itu grup lain yang tertangkap sebagai grup tawuran yakni @basis Cirebon Strong dan grup @Tawuran Antar Pelajar Cirebon. Ironisnya, yang tergabung dalam grup tersebut bukan hanya pelajar yang masih berstatus sekolah saja, tapi juga siswa yang sudah dikeluarkan dari sekolah.
Miris negeri ini, alih-alih kekerasan menjadi karakter masyarakat kapitalis. Semua problem solving berlaku legal dan melakukan sintesis dengan kekerasan. Rentan stress karena banyaknya tekanan hidup, kesenjangan dan ketidakadilan menyelimuti insan di muka bumi. Di AS sebagai Negara contoh demokrasi  setiap harinya kasus berjalan tak tahu arah dan tempat. Apalagi di kalangan pendidikan sudah dibumikan dan menjadi faktor pendorong kehidupan disana. Jika di Indonesia terjadi yang serupa, membuktikan masyarakatnya semakin kapitalis liberal sebagaimana AS.
Dunia pendidikan kini semakin menjulang tinggi tanpa menoleh sedikitpun.egaliter tak mau lagi terealisasi dan merangkap angkuh tak berdaya. Kriminalisasi tak kunjung dijemput olek sekelompok kedamaian yang sedari tadi menunggu. Sekularisasi pendidikan menjadi landasan berpijak dalam dunia pemuda telah berhasil membungkus erat karakter para pemuda.  Ternyata pendidikan karakter tak mampu membawa mereka pada rana optimalisasi dan output yang unggul saat ini. Sehigga tak ada pada diri pemuda tertanam sedikitpun jiwa-jiwa pesaing untuk menghadapi era modern secara global saat ini.  Penyebab utama kepahitan dunia pendidikan adalah agama yang semakin dijauhkan dari jiwa dan raga para pemuda.  Hingga mereka terpuruk dari arah jalan yang hendah ditempuh. Pendidikan agama menjadi sempit dipahami oleh peserta didik akibat waktu memburu dihabiskan dengan pendidikan umum.  Empat jam dalam 7 hari tak akan mampu membawa positive character pada dunia pendidikan.  Bahkan pendidikan agama tak bisa digabungkan dengan pelajaran umum dikarenakan pemikiran sekuler yang telah mencolok menyatakan bahwa agama hanya untuk ibadah saja (hablu minallah). Sehingga banyak anak-anak yang merasa bahwa pendidikan Islam itu pelajaran yang terkucilkan,  alih-alih sampai tidak ikut belajar karena menganggap hal itu tudak penting.  Pendidian sekuler hanya menghasilkan pribadi yang split/tidak utuh.  Generasi yang mengembangkan kekerasan dalam menyelesaikan masalah adalah salah satu hasil sistem pendidikan sekuler yang gagal. 
Solusi dengan meningkatkan disiplin dan mengawasi penaggunaan gadget/media tidaklah cukup. Karena tak semua orang tahu apa yang dilakukan oleh remaja selama 24 jam tersebut.  Bahkan di tempat yang tak memungkinkan hal itu terjadi menjadi lumrah mereka menggunakan alat media. Bukan pula dengan beberapa aturan dalam draft Undang-undang Perlindungan anak,  UU Perlindungan Perempuan, Komnas HAM dan sebagainya.  Konsep kriminalitas tetap berpegang teguh pada prinsipnya dan semakin menjulang tinggi.  Perubahan mendasar yang mestinya dilirik adalah  harus mendasar pada penghapusan sistem kapitalis dan mengganti sistem pendidikan sekuler menjadi sistem Islam. Syariat Islam adalah salah satu solusi ummat saat ini. Bukan hanya secara parsial saja tetapi secara holistik mampu mengungguli sejarah yang tercoret dalam tinta peradaban.